Pada tanggal 20 September 2012 STT Aletheia telah di visitasi oleh tim akreditasi untuk Program Studi M.Th. Tuhan memberkati kita.
Pembinaan Bagi Orang Tua Kristen Yang Ambisius
Abstraksi
Gea, Ruth Andarias. 2012. Pembinaan Bagi Orang Tua Kristen Yang Ambisius. Skripsi. Prodi Teologi Sekolah Tinggi Theologi Aletheia Lawang.
Kata Kunci: Ambisi, Pembinaan Orang Tua Kristen, Amsal 22:6.
Dalam kehidupan keluarga, orang tua mengharapkan anaknya berhasil. Kesuksesan seorang anak merupakan idaman setiap orang tua. Oleh karena itu, orang tua berupaya untuk membentuk anak sesuai dengan keinginan mereka sebagai anak yang sukses. Pola pikir orang tua mengenai kesuksesan dan masa depan yang lebih baik beranjak dari prestasi anak secara akademi. Akibatnya, tidak jarang orang tua yang menyalahgunakan otoritasnya sebagai orang tua. Mereka cenderung memaksa anak sesuai dengan kemauan mereka, menciptakan anak yang serba bisa tanpa melihat potensi yang ada didalam diri anak, dan menjadikan anak sebagai objek pemuasan diri akibat kegagalan yang pernah dialami orang tua. Kecenderungan ini merupakan realita yang terjadi dalam keluarga secara umum tanpa terkecuali keluarga Kristen dalam hubungan orang tua dan anak.
Dalam hal ini, orang tua seolah-olah mempunyai tujuan yang baik terhadap anak. Akan tetapi, tujuan yang baik ini bukan berarti selalu baik bagi anak. Sikap memaksa yang dilakukan orang tua justru menjadi tantangan bagi anak untuk bertumbuh sebagaimana mestinya. Mereka harus hidup untuk menyenangkan orang tua tanpa menikmati apa yang seharusnya mereka nikmati, melakukan apa yang diinginkan orang tua secara terpaksa, tidak dapat bertumbuh dengan baik sesuai dengan potensi yang mereka miliki, dan hidup di dalam tekanan. Sikap inilah yang menjadi penghalang bagi anak untuk mengembangkan diri dengan baik.
Oleh karena itu, tidak jarang anak dalam keluarga menjadi korban ambisius orang tua. Sikap ambisius orang tua membuat anak berusaha menuruti keinginan orang tua agar orang tua bahagia sedangkan anak yang tidak dapat memenuhi keinginan orang tua akan menghadapi masa-masa yang sulit dengan tidak mampu menerima diri sendiri. Anak merasa dirinya tidak dapat berbuat apa-apa. Anak yang berhasil membahagiakan orang tua dengan memenuhi keinginan orang tua juga belum tentu merasa bahagia dan nyaman dengan prestasi yang diperolehnya.
Tidak dapat di pungkiri bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman orang tua baik secara eksternal maupun internal. Pengaruh ini berkembang dan membentuk sebuah pemahaman yang salah akan keinginan orang tua terhadap anak. Apabila banyak orang tua yang bersikap ambisius maka semakin banyak anak-anak yang menjadi korban ambisius orang tua. Banyak anak-anak yang hidup bagaikan dalam penjara kehidupan tanpa merasakan hidup di alam bebas. Fakta inilah yang menjadi realita dunia keluarga saat ini. Kesempurnaan adalah tujuan utama orang tua terhadap anak.
Orang tua yang memiliki anak yang sempurna menjadi kebanggaan keluarga. Akan tetapi kesempurnaan justru menjadi sumber masalah keluarga. Orang tua yang menuntut kesempurnaan dalam diri anak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ada orang tua yang gagal di masa lalu, pengaruh idealisme dan kekuatiran orang tua yang terlalu berlebihan. Alasan ini cukup kuat memicu orang tua bersikap ambisius terhadap anak. Sikap ambisius bukanlah masalah yang sepele melainkan cukup faktual dan penting untuk mendapatkan solusi yang baik.
Berperan sebagai orang tua bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, orang tua perlu memahami perannya sebagai orang tua dengan membekali diri dengan pengetahuan dan pemahaman yang benar akan tanggung jawab orang tua dengan benar dan sesuai dengan perintah Allah, diantaranya adalah menerima anak sesuai dengan potensi dan kapasitas yang ada di dalam diri anak serta mengembangkannya. Orang tua yang mampu menerima anak sesuai dengan potensi dan kapasitasnya adalah orang tua yang menjalankan tanggung jawabnya sebagai orang tua untuk mengarahkan dan mendidik serta membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan keinginan orang tua.
Sebagaimana dalam Amsal 22 : 6 dikatakan bahwa “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”. Orang tua tidak dapat membentuk anak sesuai dengan keinginannya tetapi orang tua berfungsi untuk menemukan keunikan anak, mengarahkan dan mengembangkan potensi mereka sesuai dengan kemampuan mereka.